Mengenai Saya

Foto saya
Sampang turus wonosobo Tanggamus, Lampung, Indonesia
Hy!!! perkenalkan nama saya sahrial fazri, saya Asli orang sunda, saya anak ke7 dari 7 bersaudara, saya sekarang Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam di UIN RIL.

Rabu, 23 Desember 2020

TUJUAN PENDIDIKAN DAN HASIL BELAJAR : DOMAIN DAN TAKSONOMI

TUJUAN PENDIDIKAN DAN HASIL BELAJAR : DOMAIN DAN TAKSONOMI
A. DOMAIN HASIL BELAJAR 
Belajar menimbulkan perubahan perilaku dan pembelajaran adalah usaha mengadakan perubahan perilaku dengan mengusahakan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Perubahan dalam kepribadian ditunjukkan oleh adanya perubahan perilaku akibat belajar. 
Dalam usaha memudahkan memahami dan mengukur perubahan
perilaku maka perilaku kejiwaan manusia dibagi menjadi tiga domain
atau ranah, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kalau belajar
menimbulkan perubahan perilaku, maka hasil belajar merupakan
hasil perubahan perilakunya. Oleh karena perubahan perilaku
menunjukkan perubahan perilaku kejiwaan dan perilaku kejiwaan
meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik, maka hasil belajar
yang mencerminkan perubahan perilaku meliputi hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selanjutnya untuk kepentingan pengukuran perubahan perilaku akibat belajar akan mencakup Setiap siswa mempunyai potensi untuk dididik. Potensi itu merupakan perilaku yang dapat diwujudkan menjadi kemampuan nyata. Potensi jiwa yang dapat diubah melalui pendidikan meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.Pendidikan atau pembelajaran adalah usaha mengubah potensi perilaku kejiwaan agar mewujud menjadi kemampuan. Hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan. Kemampuan menyangkut domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar atau perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan dapat berupa hasil utama pengajaran (instructional 
effect) maupun hasil sampingan pengiring (nurturant effect). Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran. Sedang hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk dicapai. Misalnya setelah mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran matematika yang semula tidak disukai karena siswa senang dengan cara mengajar guru.

B. TAKSONOMI HASIL BELAJAR KOGNITIF 
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam
kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi
kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori,
penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga
pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Oleh karena belajar melibatkan otak,
maka perubahan perilaku akibatnya juga terjadi dalam otak berupa
kemampuan tertentu oleh otak untuk menyelesaikan masalah.
Hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal.
Kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam domain
kognitif meliputi beberapa tingkat atau jenjang. Banyak klasifikasi
dibuat para ahli psikologi dan pendidikan, namun klasifikasi yang
paling banyak digunakan adalah yang dibuat oleh Benjamin S.
Bloom (Good dan Brophy, 1990 : 722; Subino, 1987 : 57; Azwar,
1987 : 59 – 61; Arikunto, 1995 : 115 –117; Gronlund dan Linn,
1990 : 506; Suciati, 2001 : 17). Bloom membagi dan menyusun
secara hirarkis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling
rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan
kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkatannya maka makin
kompleks dan penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan
penguasaan tingkat sebelumnya. Enam tingkat itu adalah hafalan
(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis
(C5) dan evaluasi (C6).
Kemampuan menghafal (knowledge) merupakan kemampuan
kognitif yang paling rendah. Kemampuan ini merupakan
kemampuan memanggil kembali fakta yang disimpan dalam otak
digunakan untuk merespons suatu masalah. Dalam kemampuan
tingkat ini, fakta dipanggil kembali persis seperti ketika disimpan 
Misalnya hari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia adalah
17 Agustus.
Kemampuan pemahaman (comprehension) adalah kemampuan
untuk melihat hubungan fakta dengan fakta. Menghafal fakta tidak
lagi cukup karena pemahaman menuntut pengetahuan akan fakta
dan hubungannya. Misalnya memahami proses terjadinya hujan.
Kemampuan penerapan (application) adalah kemampuan kognitif
untuk memahami aturan, hukum, rumus dan sebagainya dan
menggunakan untuk memecahkan masalah. Misalnya sebuah bak
air dengan panjang 2 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 1 meter,
berapa volume air yang dapat dimuat?
Kemampuan menganalisis (analysis) adalah kemampuan memahami sesuatu dengan menguraikannya ke dalam unsur- 
unsur. Kemampuan sintesis (synthesis) adalah kemampuan memahami dengan mengorganisasikan bagian-bagian ke dalam 
kesatuan. Kemampuan evaluasi (evaluation) adalah kemampuan
membuat penilaian dan mengambil keputusan dari hasil
penilaiannya. 

C.  TAKSONOMI HASIL BELAJAR AFEKTIF
Taksonomi hasil belajar afektif dikemukakan oleh Krathwohl
(Winkel, 1996 : 247; Sudjana, 1990 : 29 – 30; Subino, 1987 : 23 –
26; Gronlund dan Linn, 1990 : 508; Suciati, 2001 : 19). Krathwohl
membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu penerimaan,
partisipasi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Hasil belajar
disusun secara hirarkis mulai dari tingkat yang paling rendah dan
sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks.
Penerimaan (receiving) atau menaruh perhatian (attending) adalah
kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian
kepada rangsangan yang datang kepadanya. Partisipasi atau
merespons (responding) adalah kesediaan memberikan respons dengan berpartisipasi. Pada tingkat ini, siswa tidak hanya memberikan perhatian kepada rangsangan tapi juga berpartisipasi 
dalam kegiatan untuk menerima rangsangan. Penilaian atau
penentuan sikap (valuing) adalah kesediaan untuk menentukan
pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut. Organisasi adalah
kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya untuk
menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku. Internalisasi nilai
atau karakterisasi (characterization) adalah menjadikan nilai-nilai
yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku
tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.

D. TAKSONOMI HASIL BELAJAR PSIKOMOTORIK
Beberapa ahli mengklasifikasikan dan menyusun hirarki hasil
belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun dalam urutan mulai dari
yang paling rendah dan sederhana sampai dengan yang paling
tinggi dan kompleks. Hasil belajar tingkat yang lebih tinggi hanya
dapat dicapai apabila siswa telah menguasai hasil belajar yang
lebih rendah.Harrow misalnya (Subino, 1987 : 26 – 28; Sudjana,
1990 : 30 - 31) mengemukakan bahwa hasil belajar psikomotorik
dapat diklasifikasikan menjadi enam, yaitu: gerakan refleks, gerakan
fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisis,
gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata. Namun
taksonomi yang paling banyak digunakan adalah taksonomi hasil
belajar psikomotorik dari Simpson (Winkel, 1996 : 249 – 250;
Gronlund dan Linn, 1990 : 510) yang mengklasifikasikan hasil
belajar psikomotorik menjadi enam, yaitu: persepsi, kesiapan,
gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, dan
kreativitas.
Persepsi (perception) adalah kemampuan hasil belajar psikomotorik
yang paling rendah. Persepsi adalah kemampuan membedakan
suatu gejala dengan gejala lain. Kesiapan (set) adalah kemampuan
menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan. Misalnya kesiapan
menempatkan diri sebelum lari, menari, mengetik, memperagakan
sholat, mendemonstrasikan penggunaan termometer dan sebagainya. Gerakan terbimbing (guided response) adalah
kemampuan melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan.
Gerakan terbiasa (mechanism) adalah kemampuan melakukan
gerakan tanpa ada model contoh. Kemampuan dicapai karena
latihan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Gerakan
kompleks (adaptation) adalah kemampuan melakukan serangkaian
gerakan dengan cara, urutan dan irama yang tepat. Kreativitas
(origination) adalah kemampuan menciptakan gerakan-gerakan
baru yang tidak ada sebelumnya atau mengkombinasikan gerakan-
gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinal.

DAFTAR PUSTAKA

Zainul, Asmawi dan Nasoetion, Noehi (1996), Penilaian Hasil Belajar
Jakarta : Ditjen Dikti Depdikbud.

Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil belajar : Domain dan Taksonomi. Jurnal Teknodik No.16, 2005. Hal.150

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan 📝 senja , rasa, karsa ,cerita,bersama di kala senja

   Assallamuallaikum,wr.wb Hay guys!!!,    Apa kabar semuanya, kembali lagi di blog ini, sudah sekian lama tidak menuliskan tulisan tulisan,...